Rasulullah saw jatuh sakit. Beberapa
hari masih tetap mengunjungi masjid dan mengimami shalat. Kemudian beliau
menjadi terlalu lemah untuk melaksanakan tugas itu. Para sahabat telah menjadi
begitu terbiasa dengan kehadiran beliau di tengah-tengah mereka sehari-hari.
Sehingga mereka tidak menduga kalau beliau akan wafat. Akan tetapi beliau
sendiri telah menerangkan berulang-ulang, sampai pada suatu hari beliau
menyinggung kembali soal itu. Beliau bersabda: “Jika seseorang telah membuat
kesalahan lebih baik ia memperbaikinya di dunia ini, sehingga ia tidak akan
menyesal di akhirat nanti.” Jika aku mempunyai salah terhadap kalian semua,
sekarang kalian boleh membalas kesalahanku itu dengan segera. Aku tidak ingin
menanggung malu apabila aku menghadap Tuhan di akhirat. Para sahabat tersentak
hati sanubarinya, dan mencucurkan air mata. Bagi Rasulullah saw, tidak ada
kesakitan dan kesedihan yang pernah beliau alami dan derita kecuali demi
kepentingan umatnya. Beliau menderita lapar dan dahaga supaya umatnya bisa
mendapatkan makanan dan minuman yang cukup. Beliau menjahit sendiri pakaiannya,
memperbaiki sepatunya, agar umatnya bisa berpakaian baik dan elok. Sekarang
beliau berada di samping mereka, bersedia untuk memperbaiki kesalahan, kalau
ada dan pernah beliau lakukan terhadap orang lain. Begitu teliti beliau menjaga
dan menghormati hak-hak orang lain.
Rasulullah saw menderita sakit, dan
sakitnya bertambah keras. Kepergiannya nampaknya makin dekat. Kecemasan
mencekam hati para sahabat. Matahari memancar cerah seperti biasanya di kota
Madinah. Akan tetapi seolah-olah membawa kegelapan dan bukan sinar terang.
Akhirnya, datanglah saatnya ruh agung Rasulullah saw meninggalkan raganya
menghadap Al-Khaliq Rabbul jalil.
Berita tentang kematian Rasulullah saw
tersebar di Madinah. Para sahabat telah banyak berkumpul, karena berita itu
segera tersebar luas. Padahal sebelumnya mereka mengetahui bahwa kesehatan
Rasulullah saw berangsur membaik. Datangnya berita itu laksana petir di siang
hari bolong. Abu Bakar tidak berada di dalam kota. Beliau sedang dalam suatu
perjalanan. Walaupun saat itu Umar berada di masjid, beliau gelisah dan hampir
tidak sadar. Ia sangat marah apabila ada orang yang mengatakan bahwa Rasulullah
telah wafat. Ia menghunus pedangnya dan mengancam orang yang mengatakan bahwa
Rasulullah saw telah wafat. Karena, bagi Umar, masih banyak pekerjaan yang
harus di lakukan Rasulullah, oleh karena itu tidak mungkin beliau wafat.
Begitulah sikap Umar. Sambil mondar-mandir kesana kemari ia mengucapkan
kata-kata: “Siapa yang berani mengatakan Rasulullah saw telah wafat, akan aku
penggal lehernya.” Para sahabat menjadi lega dengan keterangan Umar bahwa
Rasulullah tak mungkin wafat saat ini. Beberapa orang sahabat yang masih sadar
mencari Abu Bakar dan menemukannya. Abu Bakar langsung ke masjid Madinah dan
tanpa sepatah katapun masuk ke kamar Aisyah, dan menjumpai kenyataan tentang
diri Rasulullah saw. Beliau telah wafat. Abu Bakar membuka selubung penutup dan
berkata: “Kematian tidak akan datang pada Tuan untuk yang kedua kalinya”. Kata
itu penuh arti. Itulah jawaban Abu Bakar sebagai bantahan terhadap perkataan
Umar yang masih mempertahankan argumentasinya bahwa Rasulullah belum waktunya
menghadap Allah SWT. Ya, memang Rasulullah telah wafat sebagai manusia hanya
satu kali. Ia mengucapkan kalimat itu di hadapan jenazah Rasulullah. Abu Bakar
pun keluar menemui umat Islam dan para sahabat yang telah berkumpul menunggu
berita resmi dari Abu Bakar. Ia berjalan dengan tenang lalu naik ke atas
mimbar. Ketika ia berhenti sebentar, Umar telah ada di sampingnya, pedangnya
terhunus seperti semula dan tekadnya telah bulat. Meskipun ia telah tahu bahwa
Abu Bakar akan mangatakan Rasulullah saw telah wafat, ia tetap akan memenggal
setiap orang yang mengatakan Rasulullah saw telah wafat.
Ketika Abu Bakar mulai lagi berbicara,
Umar menarik kemeja Abu Bakar, mencegahnya agar ia tidak berbicara lagi. Akan
tetapi Abu Bakar tanpa takut meneruskan pembicaraannya. Kemudian dibacanya ayat
144 surat Ali Imran: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah ada sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh
kamu akan berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang,
maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan
member balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
Muhammad saw adalah seorang manusia
seperti juga manusia lainnya (hamba dan Rasulullah). Ia datang dengan membawa
amanat dari Tuhan untuk semua manusia. Telah banyak nabi yang datang dengan
membawa amanat dari Tuhan, dan mereka semua pun telah wafat.
Abu Bakar menutup pengumumannya dengan
kalimat: “Jika kalian menyembah Tuhan, kalian harus tahu. Tuhan tetap hidup,
tidak akan mati. Tetap hidup selama lamanya. Siapa yang mendewa dewakan
Muhammad saw, mereka harus tahu pula bahwa Muhammad telah wafat”.
Muhammad saw memang tidak lagi bersama
umat Islam pada abad ini. Kita sendiri tidak sempat manatap keagungan wajah dan
kesejukan jiwa beliau ketika mendakwahkan Islam. Akan tetapi iman dan mahabah
kita kepada beliau hendaklah tetap kokoh dan semakin bertambah dari saat ke
saat. Tidak mudah goncang oleh beraneka ragam pengaruh. Dengan iman dan
kecintaan kepada beliau sepenuh hati, mudah-mudahan kita mendapat rahmat dalam
menunaikan tugas hidup dunia dan syafaat Rasulullah di hari akhir kelak.
Sallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi
wasahbihi wasallam tasliman kasiran…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar