Selasa, 21 Februari 2012

Hari Terakhir Kehidupan Rasulullah

            Akhirnya tiba juga hari dimana tiap-tiap manusia berhadapan dengan-Nya. Pekerjaan Rasulullah di dunia sebagai utusan Allah telah rampung. Tanah telah di bajak dan diairi, benih telah disemaikan, tinggal menanti musim panen. Ketika musim panen telah datang, bukan beliau yang memungutnya. Kewajiban beliau hanya membajak, menanam dan mengairi. Beliau hadir di dunia ini sebagai pekerja dan pelayan umat. Sekarang telah tiba saatnya untuk berangkat. Sebagai pekerja dan pelayan, beliau tidak menerima imbalan apapun dalam bentuk benda duniawi, akan tetapi berupa ridha dan penghargaan Ilahi. Ketika panen tiba, beliau memilih berangkat menghadap Tuhan, membiarkan umatnya yang menuai untuk kesejahteraan lahir dan batin.
          Rasulullah saw jatuh sakit. Beberapa hari masih tetap mengunjungi masjid dan mengimami shalat. Kemudian beliau menjadi terlalu lemah untuk melaksanakan tugas itu. Para sahabat telah menjadi begitu terbiasa dengan kehadiran beliau di tengah-tengah mereka sehari-hari. Sehingga mereka tidak menduga kalau beliau akan wafat. Akan tetapi beliau sendiri telah menerangkan berulang-ulang, sampai pada suatu hari beliau menyinggung kembali soal itu. Beliau bersabda: “Jika seseorang telah membuat kesalahan lebih baik ia memperbaikinya di dunia ini, sehingga ia tidak akan menyesal di akhirat nanti.” Jika aku mempunyai salah terhadap kalian semua, sekarang kalian boleh membalas kesalahanku itu dengan segera. Aku tidak ingin menanggung malu apabila aku menghadap Tuhan di akhirat. Para sahabat tersentak hati sanubarinya, dan mencucurkan air mata. Bagi Rasulullah saw, tidak ada kesakitan dan kesedihan yang pernah beliau alami dan derita kecuali demi kepentingan umatnya. Beliau menderita lapar dan dahaga supaya umatnya bisa mendapatkan makanan dan minuman yang cukup. Beliau menjahit sendiri pakaiannya, memperbaiki sepatunya, agar umatnya bisa berpakaian baik dan elok. Sekarang beliau berada di samping mereka, bersedia untuk memperbaiki kesalahan, kalau ada dan pernah beliau lakukan terhadap orang lain. Begitu teliti beliau menjaga dan menghormati hak-hak orang lain.
          Rasulullah saw menderita sakit, dan sakitnya bertambah keras. Kepergiannya nampaknya makin dekat. Kecemasan mencekam hati para sahabat. Matahari memancar cerah seperti biasanya di kota Madinah. Akan tetapi seolah-olah membawa kegelapan dan bukan sinar terang. Akhirnya, datanglah saatnya ruh agung Rasulullah saw meninggalkan raganya menghadap Al-Khaliq Rabbul jalil.
          Berita tentang kematian Rasulullah saw tersebar di Madinah. Para sahabat telah banyak berkumpul, karena berita itu segera tersebar luas. Padahal sebelumnya mereka mengetahui bahwa kesehatan Rasulullah saw berangsur membaik. Datangnya berita itu laksana petir di siang hari bolong. Abu Bakar tidak berada di dalam kota. Beliau sedang dalam suatu perjalanan. Walaupun saat itu Umar berada di masjid, beliau gelisah dan hampir tidak sadar. Ia sangat marah apabila ada orang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Ia menghunus pedangnya dan mengancam orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah wafat. Karena, bagi Umar, masih banyak pekerjaan yang harus di lakukan Rasulullah, oleh karena itu tidak mungkin beliau wafat. Begitulah sikap Umar. Sambil mondar-mandir kesana kemari ia mengucapkan kata-kata: “Siapa yang berani mengatakan Rasulullah saw telah wafat, akan aku penggal lehernya.” Para sahabat menjadi lega dengan keterangan Umar bahwa Rasulullah tak mungkin wafat saat ini. Beberapa orang sahabat yang masih sadar mencari Abu Bakar dan menemukannya. Abu Bakar langsung ke masjid Madinah dan tanpa sepatah katapun masuk ke kamar Aisyah, dan menjumpai kenyataan tentang diri Rasulullah saw. Beliau telah wafat. Abu Bakar membuka selubung penutup dan berkata: “Kematian tidak akan datang pada Tuan untuk yang kedua kalinya”. Kata itu penuh arti. Itulah jawaban Abu Bakar sebagai bantahan terhadap perkataan Umar yang masih mempertahankan argumentasinya bahwa Rasulullah belum waktunya menghadap Allah SWT. Ya, memang Rasulullah telah wafat sebagai manusia hanya satu kali. Ia mengucapkan kalimat itu di hadapan jenazah Rasulullah. Abu Bakar pun keluar menemui umat Islam dan para sahabat yang telah berkumpul menunggu berita resmi dari Abu Bakar. Ia berjalan dengan tenang lalu naik ke atas mimbar. Ketika ia berhenti sebentar, Umar telah ada di sampingnya, pedangnya terhunus seperti semula dan tekadnya telah bulat. Meskipun ia telah tahu bahwa Abu Bakar akan mangatakan Rasulullah saw telah wafat, ia tetap akan memenggal setiap orang yang mengatakan Rasulullah saw telah wafat.
          Ketika Abu Bakar mulai lagi berbicara, Umar menarik kemeja Abu Bakar, mencegahnya agar ia tidak berbicara lagi. Akan tetapi Abu Bakar tanpa takut meneruskan pembicaraannya. Kemudian dibacanya ayat 144 surat Ali Imran: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah ada sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.
          Muhammad saw adalah seorang manusia seperti juga manusia lainnya (hamba dan Rasulullah). Ia datang dengan membawa amanat dari Tuhan untuk semua manusia. Telah banyak nabi yang datang dengan membawa amanat dari Tuhan, dan mereka semua pun telah wafat.
          Abu Bakar menutup pengumumannya dengan kalimat: “Jika kalian menyembah Tuhan, kalian harus tahu. Tuhan tetap hidup, tidak akan mati. Tetap hidup selama lamanya. Siapa yang mendewa dewakan Muhammad saw, mereka harus tahu pula bahwa Muhammad telah wafat”.
          Muhammad saw memang tidak lagi bersama umat Islam pada abad ini. Kita sendiri tidak sempat manatap keagungan wajah dan kesejukan jiwa beliau ketika mendakwahkan Islam. Akan tetapi iman dan mahabah kita kepada beliau hendaklah tetap kokoh dan semakin bertambah dari saat ke saat. Tidak mudah goncang oleh beraneka ragam pengaruh. Dengan iman dan kecintaan kepada beliau sepenuh hati, mudah-mudahan kita mendapat rahmat dalam menunaikan tugas hidup dunia dan syafaat Rasulullah di hari akhir kelak.
          Sallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wasahbihi wasallam tasliman kasiran…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar