Bulan Ramadhan yang berlalu bertepatan dengan bulan Agustus tahun lalu, memang istimewa. Apalagi
bila di kaitkan dengan kehidupan sebagai bangsa Indonesia, karena ia
melanjutkan tradisi-tradisi kemenagan yang begitu fenomenal dalasejarah umat.
Seperti kemenangan pada peristiwa Badr Kubra yang disebut Yaumul furqaan, Fath
Makkah , Gath Andalus (masuknya Islam ke Andalusia) dan di kalahkanya agresi
Mongol oleh Saefuddin Qutuz.
Kemerdekaan Republik Indonesia, Negara Muslim terbesar di
dunia, di proklamirkan pada tanggal 9 Ramadhan 1364 H. bertepatan tanggal 17
agustus 1945. Semoga karenanya kemerdekaan ini juga menghadirkan keberkahan
bagi Bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa dunia, sebagaimana keeberkahan bulan
Ramadhan yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW sebagai bulan berkah. Rasulullah
SAW bersabda: “Bulan Ramadhan telah menghampiri kelian yang diberkahi, Allah
telah mewajibkan atas kalian berpuasa, di dalamnya, pintu-pintu surga dibukakan
dan pintu-pintu neraka jahim ditutup…”. (HR. nasa’i).
Betapa
pun kemerdekaan adalah karunia yang besar dan nikmat yang harus disyukuri.
Mudah kita bayangkan, bila kuta memperhatikan nasib saudara-saudara kita kaum
muslimin di berbagai belahan dunia yang sampai hari ini masih harus berjuang
dengan segala duka dan dukanya. Seperti saudara-saudara kita di palestina,
Kosovo dan lain-lainnya. Seemoga Allah selalu menguatkan mereka sert membukakan
mata hati dunia untuk mengakui kemerdekaan mereka. Ada juga Negara yang sudah
lama merdeka, tetapi gagal untuk mengisi dan menjaga kemerdekaannya, karena
konflik distruktif berkepanjangan seperti Somalia dan Libya.
Alhamdulillah, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan
Belanda selama 350 tahun dan dari kekuasaan Jepang selama 3,5 tahun dan secara
prinsip tetap dapat menjaga kemerdekaannya. Terasa istimewa juga bagi kita,
karena 17 Agustus kali ini bertepatan dengan 17 Ramadhan, hari di peringati
Nuzulul Qur’an. Suatu peristiwa langka yang mungkin hanya bebarengan satu kali
dalam satu abad. Maka dalam konteks kita umat Islam yang ingin mengisi
hari-hari bulan Ramadhan dengan mengikuti sunnah Nabi SAW, yang salah satu di
antaranya memperbanyak tilawah dan tadabbur Al-Qur’an, tentulah kita sangat
berharap bahwa kemerdekaan yang diyakini oleh para Founding father negri ini
sebagai sesuatu yang trjadi atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
sebagaimana tercantum dalam alinea ke tiga Pmbukaan UUD RI tahun 1945.
Pemilik sah negri ini
Tentulah sudah sangat semestinya pula bila umat Islam
pemilik sah negeri ini yang juga sudah sangat terlibat dalam menghadirkan dan
menjaga proklamasi kemerdekaan tersebut, untuk dapat mengisi kemerdekaan ini
dengan nilai-nilai yang diajarkan Alquran da disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
Hal itu mestinya mudah kita laksanakan karena di satu pihak umat Islam telah
menginternalisasikan nilai-nilai kebajikan Alquran dan As-Sunnah itu selama
satu bulan penuh di ramadhan yang lalu.
Terbukti pula tiada satu pun nilai Islam yang merugikan
kepentingan kehidupan keumatan maupun kebangsaan. Tidak satupun tindakan
terorisme, korupsi, perusakan lingkungan, dekadensi moral, pengabdian kaum
dhuafa yang di benarkan oleh Alquran maupun As-Sunnah. Sebaliknya, nilai nilai
Alquran dan As-Sunnah yang telah kita internalisasikan seperti mementingkan
realisasi akhlakul karimah, silaturahim, peduli dengan sesame, terutama para
dhuafa dan masaakin serta para yatim. Taat kepada ajaran Alquran dan As-Sunnah
yang mengharamkan perilaku-perilaku negative tersebut di atas. Berorientasi
untuk mewujudkan manusia yang aktif, produktif dan konstruktif berbasiskan nilai-nilai takwa, nilai-nilai
yang justru sangat di perlukan dalam rangka menguatkan pilar-pilar kehidupan
kita sebagai umat dan bangsa yang merdeka, berdaulat dan beradab.
Bulan Ramadhan juga telah mengajarkan kepada kita tentang
pembiasaan berbuat dan berperilaku baik. Satu bulan lamanya kita mengamalkan
beragam sifat dan sikap positif, yang akhir-akhir ini semakin dirasakan
keharusannya untuk dihadirkan, saat masih terus terjadinya korupsi yang
merefleksikan adanya ketidak-jujuran dan kelemahan dalam penegakan hokum.
Ketegasan dalam penegakan hukum
Dengan melaksanakan ibadah shiyam selama satu bulan penuh,
mengajarkan kepada kita ketegasan dalam penegakan hukum dan melasanakan syariat
Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Ternyata hal itu bisa kita lakukan padahal untuk
melaksanakan ibadah shiyam dan qiyam itu, kita harus merubah secara
revolusioner kebiasaan hidup kita. Kalau selama ini siang hari kita menyantap
mekanan dan minuman dan malam hari kita beristirahat demi melaksanakan hukum
Allah dan Rasul-Nya, siang hari kita tidak makan dan minum serta malam kita
tidak untuk istirahat melainkan untuk beragam aktivitas seperti shalat tarawih,
tadarus Alquran, qiyamullail, sahur dan seterusnya.
Satu bulan lamanya kita di training oleh Allah dan
Rasul-Nya dengan melaksanakan ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan. Bila kita lulus
dan seharusnya memang demikian, sebab tentu kita tidah ingin menjadi kelompok
yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai yang tidak mendapatkan apa-apa dari
puasa, padahal sudah berlapar-lapar dan berdahaga-dahaga. Sekali lagi, semoga
kita lulus mengikuti training Allah dan Rasul-Nya tersebut. Selama Ramadhan
kita telah membiasakan diri untuk berbuat dan berperilaku yang baik, jujur dan
berani menegakkan hukum. Bahkan berani untuk peduli pada kaum dhuafa, fuqaraa dan masaakiin dengan
silaturrahim, infak zakat fitrah dan zakat maal. Sebab untuk bisa berbuat dan
berperilaku positif pun perlu pembiasaan seperti yang dulu pernah di ingatkan
oleh sahabat Rasulullah SAW yang terkemuka, Abdullah bin mas’ud RA:
“biasakanlah berbuat baik, sebab untuk dapat kontinyu berbuat baik diperlukan
pembiasaan”.
Subhanallah, bila sudah demikian tentulah wajar kita umat
Islam Indonisia, kembali melakukan peran sejarah yang sangat penting untuk
menyalurkan api harapan dan semangat mengisi kehidupan dan kemerdekaan agar
merdeka dari kegelapan korupsi, kezaliman-kezaliman yang lainnya, karena memang
begitulah risalah hidup muslim.
Terus dilanjutkan
Bila
demikian halnya, maka sudah sangat semestinya pula bila umat Islam pun
mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar beragam capaian keunggulan yang telah
di internalisasikan dengan ibadah selama satu bulan Ramadhan itu dapat terus
dilanjutkan pada bulan-bulan sesudah bulan Ramadhan. Apa yang telah kita
lakukan itu hendaknya bisa menjadi modal besar dan bisa dikembangkan.
Salah
satu tujuan dari disyariatkannya ibadah puasa di bulan Ramadhan yaitu untuk
merealisasikan nilai-nilai takwayang diungkapkan dengan ungkapan “la’allakum
tattaquun”. Ungkapan yang mempergunakan fiil mudhari, kata kerja yang bersifat
jamak, untuk hari ini maupun yang akan datang, adalah bersifat inovatif dan
berkelanjutan. Bangsa Indonesia sungguh sangat diuntungkan bila nilai-nilai
tersebut memang dapat dilanjutkan pada bulan-bulan di luar Ramadhan. Apalagi bila
dikaitkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Alquran “bulan yang diturunkan di
dalamnya Alquran”.
Sejak
ayat pertama dari surah pertama yang diwahyukan kepada Muhammad SAW, Alquran
telah memberikan sebuah panduan kehidupan yang sangat gamblang dengan adanya
keharusan untuk memahami dan mengisi kehidupan dengan nilai-nilai yang islami.
Yaitu ketika cara pandang yang sekularistik telah dikoreksi. Yaitu ketika
Alqura tidak hanya memerintahkan untuk iqra saja atau bismirabbika saja tanpa
dikaitkan secara langsung satu dengan keduanya. Sebab bila memang keduanya di
pisahkan akan menghadirkan cara pandang dan perilaku kehidupan sekularistik yang akan menghadirkan anomali dalam
kehidupan seperti melakukan puasa tapi perilakunya tetap korupsi dan lain-lain.
Itulah karena Allah pun menggabungkan keduanya sekaligus dengan ungkapan
perintahnya yang sangat jelas : “Iqra’ bismirabbika alladziihhalaqaa” dan kemudian
diulangi lagu dengan ungkapannya: “Iqra’ warabbukal akram”.
Bersifat imperative
Karenanya dalm konteks dan teks Alquran, perilaku tersebut
bukan sekedar informative, yang boleh diimani atau diingkari. Tetapi bersifat
imperative, perintah yang harus di laksanakan , seperti keta melaksanakan
shalat, zakat dan puasa, karena adanya perintah untuk itu semua.
Hal ini penting diseharkan kembali agar kuta nyaman unguk
melanjutkan capaian-capaian positif ibadah kita selama satu bulan Ramadhan
untuk bisa dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Sesungguhnya dengan
pendekatan tersebut di atas maka kita semakin yakin bahwa Allah SWT yang kita
sembah dan mestunya pula ditaati di bulan-bulan sesudah Ramadhan. Nabi SAW yang
sunnahnya dalam Ramadhan begitu bersemangat kita ikuti, itu jugalah tauladan
kita di bulan-bulan sesudah Ramadhan. Apa lagi Alquran panduan kehidupan kita
yang kit abaca selama bulan Ramadhan sesungguhnya juga adalah Alquran yang sema
yang dibaca dan di amalkan oleh para sahabat sehingga menghadirkan masyarakat
yang khair ummah yang rahmatan lilaalimin (Q.S. Ali-Imran 3:110). Alquran yang
di baca oleh para sahabat itu sama dengan yang kita miliki dan selalu, juga
kita baca di bulan-bulan setelah bulan Ramadhan.
Dengan demikian, maka sangat diharapkan bahwa dengan
hadirnya bulan ramadhan itu akidah kita
semakin kokoh dan kuat sehingga hadirlah generasi yang selalu peduli
untuk menghadirkan kontribusi yang bermanfaat bagi umat serta solusi yang
inovatif bagi beragam problema yang sudah akut di tengah masyarakat baik
problem moral, social dan ekonomi. Diharapkan yang akan hadir adalah generasi
yang rabbani, yang selalu busa merealisasikan aktifitas-aktifitas takwanya di
sepanjang bulan sesudah bulan Ramadhan. Bukan hanya generasi ramadhani yang
hanya saleh pada bulan Ramadhan, tetapi salah, karena di luar Ramadhan mereka
membiarkan diri kembali dikalahkan oleh setan, yang berwujud jin ataupun
manusia yang jahat dan kemudian jauh dari nilai-nilai rabbani.
Selanjutnya marilah kita perkuat ukhuwwah kita, ketika ada
banyak usaha untuk mengadu domba di antara umat Islam dan mari kita hadirkan
izzah kita sebagai umat dan bangsa Indonesia di tengah apatisme dan ketidak
percayaan diri sebagai bangsa, karena masih terulangnya beragam tragedy
penegakan hukum maupun permasalahan, baik social maupun ekonomi.
Itulah yang dulu secara kreatif para ulama kita telah
mewariskan suatu ungkapan yang khas Indonesia; “minal aadin wal faaizin”. Satu doa
dan kepercayaan diri bahwa kita bisa kembali menjadi manusia yang bermartabat
dan bangsa yang menang. Yaitu dengan mengalahkan beraham bujuk rayu setan yang
berbentuk jin maupun manusia yang akan menghadirkan kehancuran bagi masa depan
kita sebagai pribadi maupun umat dan bangsa. Kita berharap agar negri kita ini
betul-betul menjadi megeri yang baldatun thayyibatunwa rabbun ghafuur. Umatnya
akalah umat yang terbaik, karena orientasi kehidupan mereka terus menyebarkan
rahmat di bulan Ramadhan da di sepanjang tajun kehidupan umat manusia. Mereka
bukan generasi ramadhany saja, tetapi mereka adalah generasi yang rabbaaniy.
Agar apa yang menjadi kepedulian kita ini bisa mudah di
wujudkan, sewajarnya kita selalu berdoa memohon kepada Allah, Dzat yang maha
mengabulkan doa, agar Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk bisa mengalahkan
beragam haling rintang, sehingga kehadiran kita menjadi rabbaniyyuun yang
sungguh-sungguh dan bukan sekedar ramadhaaniyyiin saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar